satu langkah membawa perubahan, tetap membawa berkah dalam rangkulan sejarah

Sabtu, 10 Maret 2012




Refleksi SUPERSEMAR





Central Intelligence Agency (CIA) adalah dinas rahasia pemerintah Amerika Serikat (AS). CIA dibentuk tanggal 18 September 1947 dan tugas utamanya adalah penyokong informasi terkait dengan keamanan negara. Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS yang saling berebut pengaruh, CIA digunakan untuk memperoleh informasi tentang perkembangan pengaruh komunis dan salah satunya adalah Indonesia.
Pengaruh komunis di Indonesia sangat mengkhawatirkan bagi AS karena Soekarno yang merupakan tokoh besar mempunyai ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Soekarno sangat anti kapitalisme barat karena menganggap kapitalisme itulah yang mengisap ekonomi suatu negara.
Kekhawatiran AS terhadap pengaruh komunis di Indonesia dilatar belakangi oleh jatuhnya Cina ke tangan komunis. Pengaruh komunis merembet ke Vietnam, Laos, Kamboja, dan Malaysia. Pada waktu itu Vietnam bangkit melawan Prancis (sekutu AS) yang didukung Cina. Setelah Prancis kalah dari Vietnam, AS turun tangan sendiri untuk mencegah supaya komunis tidak mendominasi, tetapi justru AS kalah di Vietnam.
Setelah kekalahan itu, AS bersama sekutunya mulai mengfokuskan pengaruhnya ke Indonesia. Alasannya karena AS mencemaskan Teori Domino, bahwa komunisme di Indo-China (Vietnam-Kamboja) bisa bersambung dengan komunisme di Indonesia, kemudian menciptakan poros Jakarta-Pyongyang-Beijing yang sangat ditakuti AS.[1] Berawal dari sini bisa ditelusuri bagaimana peran yang dimainkan oleh AS untuk merebut pengaruh komunisme di Indonesia. Salah satu tokoh sentral komunis di Indonesia adalah Soekarno, maka penggulingan Soekarno adalah cara terbaik untuk menang melawan pengaruh komunis bagi AS.
Peristiwa Gestapu
Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) adalah Peristiwa penculikan terhadap enam jendral yang disebut sebagai Dewan Jendral. Keenam jenderal tersebut adalah Letjen. A. Yani, Mayjen. Suprapto, Mayjen. S. Parman, Mayjen. Haryono, M.T., Brigjen. Pandjaitan, dan Brigjen. Sutoyo.[2] Mayat para Dewan Jendral ditemukan di sebuah kawasan yang disebut dengan Lubang Buaya, cukup jauh dari Pangkalan Udara Halim, akan tetapi dapat ditempuh dengan jalan tembus. Pada waktu itu A. H. Nasution berhasil lolos dari penculikan.[3] Hal ini tentu merupakan kejadian yang sangat luar biasa karena dalam satu malam enam jendral terbunuh.

Berbagai versi tentang dalang dari peristiwa Gestapu bermunculan, salah satunya adalah CIA (pemerintah AS). CIA bekerjasama dengan sebuah klik AD untuk memprovokasi PKI, dengan tujuan akhir menggulingkan Soeharto.[4] Versi ini sangat kuat mengingat AS dalam rangka Perang Dingin berusaha mati-matian agar Indonesia bersih dari komunis.
Salah satu bukti kedekatan AD dengan CIA menurut Peter Dale Scott dalam paper singkatnya yang berjudul “Konspirasi Soeharto-CIA: Penggulingan Soekarno 1965-1967” dibuktikan bahwa pada 1 Agustus 1958 AS memberikan bantuan militer ke Indonesia mencapai $ 20 juta setahun. Tendensi AS memberikan bantuan karena menganggap hanya AD yang mampu mengimbangi kekuatan PKI. Lalu didirikanlah SESKOAD tahun 1958 di Bandung yang mendapatkan dukungan penuh dari Pentagon, RAND dan Ford Foundation.[5]
CIA sebagai dalang dari peristiwa Gestapu juga didukung oleh konspirasi Inggris-AS untuk menjatuhkan Soekarno. Inggris terlibat karena selain sebagai sekutu AS, Inggris mempunyai kepentingan menyingkirkan Soekarno karena melakukan konfrontasi politik “Ganyang Malaysia”. Soekarno melakukan konfrontasi itu sebagai penentangan terhadap maksud Inggris untuk mendirikan negara British Malaysia. Konspirasi ini dilakukan dengan mendorong kudeta Gestapu agar sayap kanan dari tentara Indonesia punya alasan untuk menghabisi saingan-sangingannya di pusat AD, dan degan demikian melapangkan jalan untuk menghabisi kaum kiri sipil yang sudah lama direncanakan, dan pada akhirnya mendirikan suatu kediktatoran militer.[6]
Dewi Soekarno, putri Jepang yang diperistri Bung Karno, merasa yakin bahwa CIA ikut bermain dalam proses kejatuhan Bung Karno. Dewi mengungkapkan 14 item dokumen CIA yang mengindikasikan adanya kudeta terhadap bung karno. Dokumen rahasia itu terdiri dari 10 lembar folio da terdiri dari tiga bagian. Yang pertama adalah surat pribadi bung karno kepda dewi, yang kedua merupakan dokumen salinan telegram Duta Besar AS di Indonesia Howard Jones. Dokumen ketiga adalah dokumen Gillchirst yang menjelaskan keberadaan dewan jendral. Dokumen td mengidinkasikan keterlibatan AD dalam peristiwa Gestapu.
Dokumen Howard Jones betapa pun mencerminkan AS begitu memperhatikan dengan rinci butir demi butir perkembangan yang terjadi ditanah air di penghujung akhir era kekuasaan Soekarno. Tentang bagaimana AS dan Inggris melakukan intervensi politis, agaknya bukan persoalan mendasar, yang substansial adalah betapa seringnya pihak barat mendikte perkembangan yang terjadi di negara berkembang untuk membendung penyebaran ajaran komunisme yang dianggap paling berbahaya.[7]
Supersemar dan Tergulingnya Soekarno
Sebagai akibat dari peristiwa Gestafu adalah situasi keamanan dan ekonomi menjadi sangat buruk kemudian itu yang mendasari terjadinya aksi mahasiswa menuntut Tritura (bubarkan PKI, bubarkan 100 menteri, dan turunkan harga).[8] Tuntutan pembubaran PKI akibat dari timbulnya opini masyarakat bahwa PKI-lah yang bertanggung jawab atas peristiwa Gestapu.
Mengatasi masalah keamanan yang semakin mengkhawatirkan Soekarno menugaskan Soeharto dengan Supersemar. Namun, Soeharto menginterpretasikan Supersemar ini menjadi sebuah “pelimpahan kekuasaan”. Hal ini terlihat dari bagaimana Soeharto merespon Supersemar bersama MPRS membuat Kepres 1/3/1966 tentang pembubaran PKI dan pelarangan PKI di seluruh wilayah Indonesia. Kepres ini ditandatangani oleh Soeharto yang mengatasnamakan Presiden Soekarno, tentu hal ini menjadi janggal karena bagaimana mungkin seorang Panglima AD dapat membuat Kepres.
Supersemar digunakan Soeharto sebagai pintu masuk untuk merebut kekuasaan dari Soekarno yang sudah direncanakannya dengan matang. Pada 8 Maret 1967, Sidang Istimewa MPRS yang berlangsung dengan punuh ketegangan dan perdebatan alot menyepakati tentang nasib Soekarno. Antara lain disebutkan ketidakmampuan Soekarno melaksanakan petanggungjawaban konstitusional, disamping kegagalan mengimplemantasikan sentimen dan keputusan yang dibuat MPRS. Selanjutnya, Soekarno digantikan oleh Soeharto selaku pejabat Presiden Ripublik Indonesia.
Penutup
Tergulingnya Soekarno dari kursi presiden adalah kemenangan besar AS dan sekutunya. Perang Dingin yang merupakan perebutan pengaruh antara AS dan Uni Soviet menjadi alasan utama. Soekarno yang merupakan tokoh besar di Indonesia yang beraliran komunis bisa digulingkan dengan konspirasi-konspirasi AS dengan sekutunya melalui dukungannnya terhadap AD.
Soeharto sebagai tokoh utama dalam AD menjadi sangat kuat atas dukungan-dukungan AS. Peristiwa Gestapu merupakan salah bukti kekuatan AD, dimana dalam satu malam enam jendral terbunuh.
Motif utama dibalik semua peristiwa ini adalah motif ekonomi, salah satunya yang masih bisa kita lihat saat ini adalah Freeport. Menurut Peter Dale Scott, Freeport merupakan bentuk kesepakatan antara AD dengan AS, dan yang menarik kesepakatan itu dilakukan pada saat tanggal terjadinya Gestapu. Hal lain yang tidak bisa kita pungkiri bahwa memang benar kapitalisme mendominasi di kehidupan ekonomi dan politik bangsa Indonesia sampai sekarang.

[1] Center for Information Analysis. 1999. Gerakan 30 September, Antara Fakta dan rekayasa: Berdasarkan Kesaksian para Pelaku Sejarah. Yogyakarta: Media Presindo. hlm. 120.
[2] Rosihan Anwar. 2006. Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961-1965. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 377.
[3] Benedict Anderson dan Ruth T. Mc Vey diterjemahkan oleh Galuh H. E Akoso dan Yeri Ekomunajat. 2001. Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Analisis Awal. Yogyakarta: LKPSM. hlm. 22.
[4] Center for Information Analysis. op. cit. hlm. 120.
[5] Ringkasan M. Adnan Anwar dari tulisan Prof. Peter Dale Scott. Konspirasi Soeharto-CIA: Penggulingan Soekarno 1965-1967.
[6] Victor M. Fic. 2007. Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi Tentang Konspirasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm 3-4.
[7] Lembaga Analisis Informasi. 2003. Kontroversi Supersemar: Dalam Transisi Kekuasaan Soekarno-Soeharto. Media Presindo. hlm 82-84.
[8] Eros Djarot.2006.Misteri Supersemar.Jakarta: Mediakita. hlm.5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar